Sunday, March 13, 2016

Abbey Road Reverb Technique

Temen-temen yang pernah dengerin albumnya Cold Play, atau Robbie William, bahkan Pink Floyd, itu yang paling keren adalah masalah setting Reverbnya. Jadi, rasanya Reverb itu kerasa banget dan keren, tapi tetep nyatu sama lagunya.  
Dulu waktu awal2 belajar Mixing, rasanya gak pernah puas klo urusan Reverb. Mulai pake Cubase, beli UAD-Neve, sampai macem2 deh cobain tipe Reverb, akhirnya malah jadi bingung, ini sebenernya urusan Reverb itu gimana sih? Kok kayaknya jadi aneh? Atau kalo enggak kesannya jadi "banjir" begini? 

Ternyata aslinya gampang banget..nget..nget..hehehe. Makanya ini saya mau sharing ke temen-temen, yang sudah sumpek buat "kulakan" plugin, mending dhuitnya buat kulakan yang lain aja deh, daripada entar kulakan lagi malah tambah bikin stress.Tehnik ini disebut "Abbey Road Reverb Technique", karena di pake oleh para legendary Mixer di Abbey Road. Gak peduli Hardware atau Software, kalau pake tehnik ini dijamin gak bakal pusing kepala dengan "Preset" dan Pilihan Reverb yang sudah ribuan kita install di kompi kita hehehe.

Caranya adalah :
1. Pilih Reverb dari Plugin apa saja...Sembarang, sak karep, terserah, whatever lah pokoknya
2. Di channel nya Reverb tadi, insert EQ/Filter diatas nya plugin Reverb, jadi Filter tadi mendahului Reverb. Tujuannya agar signal yang kita send ke Reverb di proses terlebih dahulu sebelum masuk ke Reverb.
3. Nah, ini dia rahasianya. Atur Low Cut/High Pass di angka 600Hz, kemudian atur High Cut/LowPass di angka 10kHz.
4. Kemudian potong sedikit di wilayah 1kHz agar Reverb lebih menyatu dengan track.
5. Abis itu, tinggal kirim signal ( Vocal misalnya ) ke Reverb tadi. Atur jumlah sendnya. 

That's it !!! Dah, dijamin sakit kepala urusan Reverb bakalan beres hehehe.. Apabila Reverb kerasa kurang panjang, cari Reverb yg lebih panjang lagi, gak peduli dari produk apa, cari aja terus sampai pas, karena jurus ini tidak peduli pake merk Reverb apa hehehehe.

Untuk Drum, HighCut/Low Pass bisa di atur sampai 3kHz. Reverbnya terserah aja pake model apa, yang penting adalah sebelum Reverb diberi filter seperti no 2-3 di atas. Dan enaknya dengan model Abbey Road ini, kita pake tipe Reverbnya gak usah banyak-banyak...Cukup yang "Panjang" sama "Medium" aja..Vocal, Snare, biasanya butuh yg panjang. Sedangkan instrument lainnya butuh yg "Medium" untuk nambah kesan "ruang". Karena semakin sedikit Reverb, terasa semakin "masuk akal" buat pendengar, tanpa bingung dengan berbagai macam Reverb yang di dengar.

Bisa jadi selain Reverb, ditambahkan delay juga untuk "memperpanjang kesan ruang". Karena delay juga asik buat mainan ruang selain Reverb. 

Gampang kan?? 

SELAMAT BER-ABBEY ROAD Ria !!!





Monday, January 11, 2016

Harrison Mixbus - DAW yang memakai konsep "TRUE ANALOG MIXING ENGINE" ?

Seperti kebanyakan software lainnya, yang namanya Penjual pasti "melebih-lebihkan" produknya agar banyak klien yang tertarik dengan produk yang dibuatnya. Sama halnya ketika Harrison Mixbus keluar mulai versi 1, kemudian versi 2, saya sudah coba produk mereka dan belum merasakan apa yang mereka bilang dengan "TRUE ANALOG MIXING ENGINE". Padahal waktu itu saya berharap, ketika menggunakan Mixbus, saya kembali ke tahun '97 yang waktu itu masih belajar dengan mentor saya menggunakan Mixer Neve di studio Golden Hand Surabaya.

Nah, gak tau kenapa, kok ketika keluar versi 3, iseng2 saya cobain lagi nih DAW, dan ternyata banyak hal baru yang bikin kaget ketika membuka pertama kali Mixbus.

Dulu mau setting project aja susahnya minta ampun, harus pake JACK Audio untuk driver soundcard, belum kalau mau import agak bingung juga. Eh, begitu yang versi 3 ini, tampilan awal langsung bikin saya paham. Ngatur latency bisa langsung, termasuk driver milih yang mana, termasuk nyimpen project dimana bisa di atur dengan mudah.

Penasaran, saya import RAW track dari kerjaan Mixing sebelumnya. Dan hasilnya adalah, baru di import saja sudah terjadi perbedaan "warna dan karakter" suara dari track-track sebelumnya. Gak kesuwen nek jare wong JOWO hehehe...langsung saya geber abis mixing hanya menggunakan seluruh fasilitas yg ada di dalam Mixbus.

Edaaaannn.....!!! Pertama yg langsung bisa saya rasakan adalah "JERNIH". Entah kenapa, Mixing menggunakan Analog Console selalu terasa "jernih, hangat, dan lebih jelas" walaupun kita tidak menggunakan proses macem2. Padahal kita tau sendiri bahwa Analog Console malah lebih banyak Noise di bandingkan Digital, tapi malah justru hal itu membuat sound terasa lebih bersih.

EQ yang ada pun sudah sangat memadai untuk proses pewarnaan suara. Jadi seolah-olah ngawurpun tetap saja suaranya terjaga dan rapi dibandingkan dengan proses Digital.

Compressor/Limiter/Leveler - bisa kita pilih langsung di masing-masing channel. Jadi kita gak usah bingung milih dan masing plugin lagi seperti di DAW lainnya, karena emang ini sudah fasilitas masing-masing channel. Apalagi masing-masing pilihan memiliki parameter sendiri. Kalau milih Compressor, berarti hanya ada pilihan untuk mengatur Ratio. Kalau Leveler, hanya ada pilihan untuk mengatur Attack, sedangkan kalau Limiter hanya ada pilihan untuk mengatur Release. Threshold nya pun sudah tersedia di samping dari masing-masing channel, plus indikator Gain Reduction, plus fasilitas Make Up Gain. ASIK ABIS DEH POKOKNYA!!! hehehehe

Untuk urusan Grouping track, sekarang juga jauh lebih mudah..termasuk Bus yg sudah disediakan sebanyak 8 track. Kemarin saya coba utnuk kirim 2 track Kick menjadi 1 track, ternyata bisa juga hehehe. Yang lebih seru lagi, kita bisa bikin Paralel Sound, Misalnya begini. Drum track kita kumpulin jadi 1 di Track DRUM. Nah, track DRUM ini kita atur agar jalurnya melewati MASTER dan kita kirim juga ke Bus 1.

Nah, di Bus 1 ini, kita proses dgn Saturation yang agak banyak ( ini juga fasilitas Mixbus ), kemudian kita Compress yang ekstrim, kemudian kita Balance suaranya dengan bunyi dari Track DRUM tadi. Hasilnya adalah sound DRUM yang powerfull karena kedua hasil tadi saling memperkuat satu sama lain...

Di Master Track sendiri, ada juga fasilitas Limiter, Saturation, plus K-14 metering yang bikin kita jadi gampang untuk mengukur Loudness dari masing-masing kerjaan kita. Dan yg lebih seru lagi, ada Fasilitas Monitor Section. Jadi kayak Analog Console ada DIM, tombol yg berfungsi untuk menurunkan Loudness secara keseluruhan, tujuannya untuk check gimana sih hasil Mix ketika pake Volume kecil.

Well, sebenernya masih banyak lagi yang bisa dikupas tentang Harrison Mixbus ini, cuman mohon maaf, saya lagi pengen Mixing lagi pake Mixbus, jadi males nulis lebih lama lagi hehehehehe.

SO, SELAMAT BER HARRISON MIXBUS RIA !!!

Sunday, September 6, 2015

Speaker DS4a - Senjata baru buat para Mixing Engineer

Temen-temen mohon maaf ya, tulisannya agak lompat dari pembahasan tentang Mixing Drum jadi bahas speaker, soalnya ini jauh lebih penting karena menyangkut "senjata"nya para Engineer buat dapetin sound yang berkualitas.

Dalam tulisan saya yang dulu-dulu, saya sempet membahas tentang MinimumVoltage Maximum Illusion - yg bahasa gampangnya gimana caranya dapetin sound yang levelnya itu sama, tetapi Ilusi yang dihasilkan seolah suaranya lebih kencang dan lebih BESAR dibanding lainnya. Itulah kenapa hasil kerja sound Engineer profesional selalu terdengar lebih kencang dan MANTAB padahal memiliki gain yg sama dengan lainnya.



DS4a ( speaker murah tapi berbahaya ) - memiliki kemampuan untuk melakukan itu. Sebelumnya saya memakai speaker Esi04 - agak ngoyo untuk dapetin Ilusi. Begitu saya cobain pake DS4a, yang pertama saya lakukan adalah testing dengan menggunakan lagu-lagu yang saya tahu memiliki distribusi frekwensi dan ilusi yang bagus.

Gak puas dengan itu, saya mulai mixing dengan berbagai macam Genre - Reggae, Rock, Metal, World music, Jazz, bahkan sampai terakhir Dangdut. Dan hasilnya...GILA ABISS !!!

 

Dead-Enemies ( METAL )

Ini adalah bentuk Frequency Distribution ketika saya melakukan Mixing lagu genre Metal. Disitu bisa kita lihat bahkan sebelum di mastering aja, wilayah Frekwensi nya sudah berada di jalur yang benar. Ketika saya memproses Kick dan Bass, saya bisa dengan akurat melakukan Equalising di wilayah 150Hz agak menurun, tapi sambil mendengarkan sound yang dihasilkan oleh DS4a, dan ternyata sesuai. Untuk area 300-500Hz yg biasanya terkenal dengan "Muddy Sound", saya bisa memproses sound tersebut tanpa khawatir suaranya berubah banyak karena DS4a bisa mewakili dengan baik pula. 

Jadi, antara penggunaan spectrum dan speaker benar-benar saling mendukung.
Untuk willayah 600-800Hz yg biasanya menjadi dominasi Vocal, dengan gampang saya bisa melakukan Compression plus EQ agar sound nya tetap natural, tetapi secara Frekwensi memiliki distribusi yang baik sehingga tidak ada frekwensi tertentu yang terlalu menonjol. Mid-High sampai High, bisa di lihat bahwa start 10kHz mulai "menurun", tanpa perlu khawatir kehilangan rasa 'Crispy' dan 'Air' yang penting dalam sebuah hasil Mixing.



Kathaadi - India ( World Music )

Untuk lagu India ini, saya ingin mendapatkan Low yang 'Deep' tapi tidak mengganggu di suara Tabla nya, plus digabung dengan Bass sound yang 'Sustain'. Akhirnya, dengan Multiband Compression, plus sedikit EQ, berhasil menggabung dua suara itu dgn gampangnya hehehehe.
Di Vocal, sengaja agak saya tebalin di wilayah 400Hz, karena memang lagu ini kekuatannya di Vocalnya. Kemudian di frekwensi antara 1k-10k saya atur agar balance dan warna suaranya pas, dan ketika saya cek di spectrum maka hasilnya bener2 rata dan pas sesuai perkiraan. Dan seperti biasa, 10k ke atas terjadi slopedown agar suaranya tidak terlalu "Airy".

Well, akhirnya setelah melakukan banyak uji coba, mau tidak mau saya semakin menggilai speaker ini hehehe, dan semoga semakin banyak pula proyek yg lahir dari speaker DS4a ini.

http://www.4shared.com/mp3/u1wY4Azxce/India-Ds4a-demo.html

SELAMAT BER-DS4a RIA !!!





Monday, April 20, 2015

Mixing Drum Kits (bagian 1)

Drum adalah elemen pembangun dari sebuah lagu. Jadi mau tidak mau, menghasilkan Drum Sound yang bener-bener profesional akan menentukan mahal atau tidaknya hasil mixing terhadap sebuah lagu. Coba kita denger aja seperti lagu-lagu Avanged yang di mix sama Chris Lord Alge atau Andy Wallace, atau Albumnya Keith Urban yang dimixing sama Dave Pensado. Mereka sangat memperhatikan banget suara Drum yang dihasilkan sampai-sampai kita terbawa emosi hanya gara-gara suara Drum yang manteb banget ( bahkan tidak mungkin di hasilkan oleh Drum Kit asli..)

Nah, apapun tujuan dari mixing Drum , yang jelas ada hal-hal dasar yang perlu kita ketahui yaitu mengenai wilayah frequency dari Drum Kit tersebut. Kali ini kita akan membahas tentang Kick Drum dulu.

-Wilayah freq yang pertama harus kita perhatikan adalah antara 50-80Hz. Kalau kita utak atik EQ di wilayah ini, akan berpengaruh terhadap “boom” dan “boof-boof” yang ada pada Kick. Jadi kalau kita merasa Kick terasa kurang “berat”, kita mainin aja wilayah di sini.
-Yang kedua area 80-200Hz. Wilayah ini berpengaruh terhadap “Punch” dari Kick.
-Yang ketiga 200-300Hz. Ini berpengaruh terhadap “keruh” atau tidaknya suara Kick. Biasanya wilayah ini kita cut akan Kick terasa lebih “bersih”.
-Yang keempat 500-2000Hz. Berpengaruh terhadap suara “slap” kick. Jadi suara yang “klik-klik” pada Kick berada di area ini.

So, gimana kita bisa tahu Eq yang pas terhadap suara Kick yang sedang kita proses? Misal, kapan kita boosting wilayah ketiga, atau kita cut di wilayah keempat??? Back to “The most expensive mixing equipment in the world” -TELINGA- hehehehe. Jadi mau tidak mau, kita harus punya gambaran dulu suara Kick yang ingin kita capai di otak kita, baru kita mulai bermain-main di wilayah mana yang harus ditambah/dikurangi.
Seringkali saya melihat engineer pemula bermain-main EQ tanpa memiliki “arah suara” yang ingin di capai, sehingga proses yang dilakukan cuman muter-muter ditempat aja – Yang penting udah di EQ – Kalau pengen lebih gampang lagi, masukkan track dari lagu yang ingin kita “cari” suara Kick nya, terus kita compare suara Kick kita dengan lagu tersebut. Usahakan mirip-mirip lah walaupun gak mungkin sama persis. Sehingga kita tidak repot mencari “tujuan suara”, awal-awal ya pake acuan dulu lah. Baru kalo udah hapal, kita bisa berkreasi dengan suara versi kita sendiri.

Di tulisan berikutnya, kita akan bahas tentang Compression yang seringkali dipakai untuk memproses Kick.


SELAMAT BER KICK-KICK RIA !!!

Monday, May 7, 2012

MASTERING PAKE WAVES LINMB

Mastering sebenernya adalah proses yang tidak tentu dalam pemakaian pluginnya. Maksud nya begini. Ketika sebuah hasil Mixing sudah ok, maka otomatis kita sudah tidak perlu ngapa-ngapain, paling tinggal "merapikan" suaranya. Atau kadang, kita masih perlu untuk melakukan EQ terhadap hasil Mix tersebut. Atau kadang, kita cukup memperlebar hasil Mixnya, atau bahkan mempersempit hasil Mix untuk kondisi biar lebih mono Compatible.

Kali ini kita asumsikan aja hasil Mixingannya sudah ok, sehingga tugas kita tinggal merapikan hasil mix nya. Kenapa kok dibilang merapikan??? Ya karena nanti kesan yg ditimbulkan adalah suaranya lebih rapi dibandingkan sebelumnya hehehehe. Tahunya gimana kok lebih rapi?? Ya di dengerin lah wekekekeke....

Untuk merapikan hasil Mix, kita bisa menggunakan plugin yg di produksi oleh Waves, yg disebut dengan LinMB. Dia adalah software Multiband compressor, yang fungsinya adalah Compressor yg bekerja berdasarkan Frekwensi.. Jadi ketika ada frekwensi yg melewati threshold tertentu, maka otomatis compressor nya akan bekerja di frekwensi tersebut.

Nah, terus gimana nih cara pakainya???
Kalau mau utak atik..silahkan di coba sendiri hehehe. Tapi kalau saya, begitu plugin nya di loading, maka semua saya biarin seperti aslinya dulu settingannya. Abis itu, yg saya akses adalah THRSH (threshold) di bagian Master ( kalau gambar di bawah berarti yg ada panah dan lingkaran merah...).
Tombol yg ada panah itu kita turunkan, sambil kita mengawasi adanya pergerakan dari garis threshold yang ada ( garis yg warnanya orange dan ada bulat2 yg menunjukkan wilayah frekwensi). Begitu ada pergerakan, yang kita awasi adalah usahakan agar yg bergerak cukup 3 bagian wilayah frekwensi yaitu Low, LowMid, dan HIMid.

Terus ukuran nariknya sampai berapa ya??? Kalau saya, awal nya saya tarik terus ke bawah sampai 4 wilayah frekwensi aktif, kemudian pelan pelan saya kurangi sampai pergerakannya akhirnya cuman di 3 wilayah frekwensi aja. Itupun harus kita compare antara yg pake plugin dan yg tidak..alias di bypass dan on, biar kita tahu bedanya di mana.

Yang kita cari adalah sampai kita merasa bahwa hasil Mix terasa lebih rapi dibandingkan tanpa menggunakan LinMB. Dan ingat, bila terlalu banyak signal yg terkompres, otomatis "ukuran" hasil Mix nya jadi kerasa kurang "BIG"..terasa terlalu kecil dibanding tanpa LinMB. Kenapa kok bisa rapi ???
Multiband compressor adalah compressor yg aktif sesuai dengan frekwensi. Jadi, bila ada wilayah frekwensi yg melebihi dari threshold, otomatis compressor akan "aktif" dan membuat frekwensinya jadi lebih RAPI. Seolah-olah ada dinding batas yg membatasi pergerakan frekwensi nya agar tidak liar.

Sooo, tunggu apa lagi!?!?!?
SELAMAT BER LINMB RIA !!!!
 

Sunday, May 6, 2012

Tehnik Mixing menggunakan Deret Fibonacci

Mungkin banyak di antara kita yg lupa-lupa ingat tentang apa itu Deret Fibonacci ( apalagi saya yg dulu matematikanya dapet jelek banget hehehehe ). Sebagai pengingat, deret Fibonacci adalah sebuah deret yg angka selanjutnya adalah penambahan dari angka yang sekarang dengan sebelumnya.

Jadi deretnya begini bentuknya : 0,1,1,2,3,5,8,13,21...dst.

Nah, yg menarik lagi ternyata adalah bahwa Alam Semesta ini diciptakan dgn komposisi perbandingan angka-angka yang ada di deret Fibonacci. Jadi, ilmuwan telah menemukan bahwa banyak sekali bentuk-bentuk yang ada di alam semesta ini adalah merupakan perbandingan dari 13/8..21/13..34/21.. yang bisa di simpulkan bernilai 1,61.

Bahkan, jumlah ranting yang ada di pohon, itu percabangannya bisa terhitung secara Fibonacci. Jadi jumlahnya adalah 3,5,8,13... Termasuk bentuk rumah keong adalah bentuk dengan perbandingan dari 1,61.

Yang lebih keren lagi adalah, struktur tubuh manusia juga terdiri dari perbandingan 1,61. Perbandingan antara kepala ke pusar, kemudian dari pusar ke kaki adalah 1,61. Perbandingan antara lengan dan tangan adalah 1,61. Antara dagu ke hidung, kemudian dari hidung ke bibir adalah 1,61. Dan masih buaannyaaak lagi struktur tubuh lain, termasuk struktur alam semesta lain yang terdiri dari perbandingan 1,61.

Nah, gara gara banyaknya struktur yang terjasi dengan perbandingan 1,61, kemudian saya berpikir kenapa sih tehnik Mixing tidak mencoba menggunakan angka angka yang terdapat dalam deret fibonacci di atas. Karena sesuai dengan struktur tubuh, bentuk telinga sendiri mengandung unsur fibonacci. Sehingga saya berpikir kalau kita Mixing dengan menggunakan deret fibonacci, otomatis pasti akan sesuai dengan sistem pendengaran kita.

Idenya adalah seperti ini. Misal, Vocal adalah instrument paling penting dalam lagu tersebut, kita posisikan dalam VU menjadi -0dB. Nah, untuk instrument lainnya, saya cukup menggunakan deret yg ada di Fibonacci untuk mengatur balance. Contoh, ada akustik gitar. Ketika posisi Vocal tadi awalnya adalah -0dB, maka gitar saya atur balance nya di posisi -5dB misalnya. Kalau masih terlalu keras, maka saya tidak usah bingung lagi di atur di posisi mana, saya tinggal pake -8dB sebagai posisi volume gitar. Atau bahkan saya letakkan di posisi -13dB, sesuai dengan deret Fibonacci yang ada.

Begitu juga dengan instrument lainnya. Saya tinggal memilih aja angka2 yang ada di dalam deret Fibonacci. Misal di -2dB, -3dB dst. Hehehehehe...

Dan apa yg terjadi dengan percobaan itu???

Waw... Ternyata selain mixing jadi lebih efisien, hasilnya pun ternyata akan lebih natural.

Tidak kaku, namun tetap musikal.

Fibonacci juga bisa diterapkan di beberapa proses mixing selain "balance".

Misalnya didalam EQ, maupun Compressor juga sama.



Pembagian frekwensi dalam EQ juga bisa mengikuti deret Fibonacci :

20,30,50,80,130,210,340,550,890,1440,2330,3770,6100,9870,15970 Hz.

Nah, menariknya adalah ternyata semua frekwensi di atas adalah yg paling sering di akses saat kita melakukan proses EQ. Dan uniknya, dari tabel frekwensi di atas, frekwensi terakhir berada di 15970 Hz - ini adalah jangkauan frekwensi teratas yang direproduksi oleh ANALOG system hehehehehe. Jadi ternyata dgn Fibonacci kita lebih Nganalog saat melakukan Mixing.

Untuk ratio compression pun, bisa kita pilih dalam bentuk 2:1, 3:1, 5:1 atau 8:1 dst. Jadi tinggal atur2 aja semuanya sesuai dgn Fibonacci.

Untuk Panning, juga begitu. Kita bisa pake pendekatan yg macem2. Misalnya nih, dari 100% posisi panning, bisa saja kita bagi dgn sistem Fibonacci. Anggep saja kelipatan 10, berarti nilai panning nya berada di 10,20,30,50,80 untuk posisi di Left maupun Right.

Setting Reverb, Automation Volume, Delay, semua pengaturannya bisa kita pakai dengan menggunakan Fibonacci.

Karena Mixing dgn sistem Fibonacci ini begitu mudahnya, maka tinggal Cita rasa kita yang diuji sebagai seorang engineer, apakah lagunya jadi semakin enak...atau semakin gak karuan hehehehe.

 

So, SELAMAT BER FIBONACCI RIA !!!!

 

Tuesday, September 20, 2011

Plugin Equaliser yang menggunakan OTAK KANAN...Manteb tenan !!!!

Mumpung ada kesempatan sedikit untuk mencuri-curi waktu sharing ttg hal-hal baru di dunia Mixing Engineer, berikut saya share masalah Equaliser yang pemakaiannya benar2 menggunakan OTAK KANAN alias FEEL hehehehhee...

Kita tahu sendiri kan, EQ itu selalu identik dengan menghafal frekwensi2 tertentu saat kita ingin menghasilkan sebuah warna2 suara yang sedang kita proses. Misalnya, warm ( hangat ) itu menggunakan frekwensi di kisaran 120-350 Hz, atau presence di kisaran 2kHZ-8kHZ. Otomatis, kerjaan kita kan jadinya ribet. Pertama menentukan dulu suaranya kurang apa, abis itu kisaran wilayah frekwensinya di mana.

Di jaman yang semakin maju ini, ternyata para produsen plugin juga jeli melihat peluang baru untuk bisa menghasilkan sebuah plugin EQ yang cara pake nya gampang banget...Cuman pake otak kanan!!! Hehehe...Inilah Plugin EQ tersebut : TB EZQ dari ToneBooster.....



Bisa kita lihat sendiri kan?? EQ yang isinya cuman "Tiny, Dark, Bright, Warm..." hehehehe. Jadi, kalau kita merasa suaranya kurang warm, gerakkan aja ke arah warm..sambil dengerin seberapa warm yang kita inginkan. Kalau ingin warm sama bright, ya udah, geser ke bawah sedikit dan ke kanan sedikit. Di jamin bakal tercapai apa yg kita cari.

Sudah beberapa hari ini saya mengeksplore plugin yang lucu ini, dan sejauh ini hasilnya bener2 luar biasa. Kok bisa?? Ya kan saya jadinya gak usah ribet2 mikirin frekwensi. Cukup dengerin suaranya, butuh kondisi yang apa - Tiny misalnya - tinggal kita gerakkan seberapa jauh yang kita inginkan. Keunggulan dengan metode ini adalah, kita bener2 fokus terhadap suara. Gak lagi fokus kepada Frekwensi kek, Q kek, atau Berapa dB yang kita boosting / cutting. WHT THE HELL..!!!

So, sekarang dah gak jaman lagi ngapalin settingan EQ yang ribet dan berjibun jumlahnya. Cukup katakan "Kurang warm nih"..atau "dibikin tiny yang agak dark nih cocoknya.." hehehehe.

SELAMAT BER EQUALISER RIA !!!!