Sunday, May 6, 2012

Tehnik Mixing menggunakan Deret Fibonacci

Mungkin banyak di antara kita yg lupa-lupa ingat tentang apa itu Deret Fibonacci ( apalagi saya yg dulu matematikanya dapet jelek banget hehehehe ). Sebagai pengingat, deret Fibonacci adalah sebuah deret yg angka selanjutnya adalah penambahan dari angka yang sekarang dengan sebelumnya.

Jadi deretnya begini bentuknya : 0,1,1,2,3,5,8,13,21...dst.

Nah, yg menarik lagi ternyata adalah bahwa Alam Semesta ini diciptakan dgn komposisi perbandingan angka-angka yang ada di deret Fibonacci. Jadi, ilmuwan telah menemukan bahwa banyak sekali bentuk-bentuk yang ada di alam semesta ini adalah merupakan perbandingan dari 13/8..21/13..34/21.. yang bisa di simpulkan bernilai 1,61.

Bahkan, jumlah ranting yang ada di pohon, itu percabangannya bisa terhitung secara Fibonacci. Jadi jumlahnya adalah 3,5,8,13... Termasuk bentuk rumah keong adalah bentuk dengan perbandingan dari 1,61.

Yang lebih keren lagi adalah, struktur tubuh manusia juga terdiri dari perbandingan 1,61. Perbandingan antara kepala ke pusar, kemudian dari pusar ke kaki adalah 1,61. Perbandingan antara lengan dan tangan adalah 1,61. Antara dagu ke hidung, kemudian dari hidung ke bibir adalah 1,61. Dan masih buaannyaaak lagi struktur tubuh lain, termasuk struktur alam semesta lain yang terdiri dari perbandingan 1,61.

Nah, gara gara banyaknya struktur yang terjasi dengan perbandingan 1,61, kemudian saya berpikir kenapa sih tehnik Mixing tidak mencoba menggunakan angka angka yang terdapat dalam deret fibonacci di atas. Karena sesuai dengan struktur tubuh, bentuk telinga sendiri mengandung unsur fibonacci. Sehingga saya berpikir kalau kita Mixing dengan menggunakan deret fibonacci, otomatis pasti akan sesuai dengan sistem pendengaran kita.

Idenya adalah seperti ini. Misal, Vocal adalah instrument paling penting dalam lagu tersebut, kita posisikan dalam VU menjadi -0dB. Nah, untuk instrument lainnya, saya cukup menggunakan deret yg ada di Fibonacci untuk mengatur balance. Contoh, ada akustik gitar. Ketika posisi Vocal tadi awalnya adalah -0dB, maka gitar saya atur balance nya di posisi -5dB misalnya. Kalau masih terlalu keras, maka saya tidak usah bingung lagi di atur di posisi mana, saya tinggal pake -8dB sebagai posisi volume gitar. Atau bahkan saya letakkan di posisi -13dB, sesuai dengan deret Fibonacci yang ada.

Begitu juga dengan instrument lainnya. Saya tinggal memilih aja angka2 yang ada di dalam deret Fibonacci. Misal di -2dB, -3dB dst. Hehehehehe...

Dan apa yg terjadi dengan percobaan itu???

Waw... Ternyata selain mixing jadi lebih efisien, hasilnya pun ternyata akan lebih natural.

Tidak kaku, namun tetap musikal.

Fibonacci juga bisa diterapkan di beberapa proses mixing selain "balance".

Misalnya didalam EQ, maupun Compressor juga sama.



Pembagian frekwensi dalam EQ juga bisa mengikuti deret Fibonacci :

20,30,50,80,130,210,340,550,890,1440,2330,3770,6100,9870,15970 Hz.

Nah, menariknya adalah ternyata semua frekwensi di atas adalah yg paling sering di akses saat kita melakukan proses EQ. Dan uniknya, dari tabel frekwensi di atas, frekwensi terakhir berada di 15970 Hz - ini adalah jangkauan frekwensi teratas yang direproduksi oleh ANALOG system hehehehehe. Jadi ternyata dgn Fibonacci kita lebih Nganalog saat melakukan Mixing.

Untuk ratio compression pun, bisa kita pilih dalam bentuk 2:1, 3:1, 5:1 atau 8:1 dst. Jadi tinggal atur2 aja semuanya sesuai dgn Fibonacci.

Untuk Panning, juga begitu. Kita bisa pake pendekatan yg macem2. Misalnya nih, dari 100% posisi panning, bisa saja kita bagi dgn sistem Fibonacci. Anggep saja kelipatan 10, berarti nilai panning nya berada di 10,20,30,50,80 untuk posisi di Left maupun Right.

Setting Reverb, Automation Volume, Delay, semua pengaturannya bisa kita pakai dengan menggunakan Fibonacci.

Karena Mixing dgn sistem Fibonacci ini begitu mudahnya, maka tinggal Cita rasa kita yang diuji sebagai seorang engineer, apakah lagunya jadi semakin enak...atau semakin gak karuan hehehehe.

 

So, SELAMAT BER FIBONACCI RIA !!!!

 

3 comments: